Kamis, 28 September 2017

Kereta Api: Teman Bermobilitas




Fakta bahwa masyarakat tidak bisa hidup sendiri adalah sesuatu yang jelas-jelas sudah disepakati kiranya oleh seluruh mahluk yang ada dibumi. Namun, kita juga tak bisa menghiraukan fakta bahwa manusia hidup untuk bermobilitas. Manusia tak bisa diam berlumut seperti batu. Manusia selalu bergerak untuk kemudian memutar roda kehidupannya ke tingkat yang lebih baik.

Satu transportasi yang sangat diminati oleh masyarakat dari berbagai kelas adalah kereta api. Satu-satunya transportasi yang mempunyai lagu, transportasi kedua yang selalu dilihat oleh anak kecil ketika berjalan-jalan keluar rumah. Selain melihat pesawat terbang, anak kecil juga tertarik dengan kereta api. Kemudian, mereka bernyanyi ‘naik kereta api tut-tut-tuuuut’ ketika sang kereta lewat.

Untuk seseorang yang lahir di tahun 90-an, saya pikir generasi ini bisa menjadi saksi betapa eksisnya kereta api di masyarakat. Pula menjadi saksi dari berbagai perubahan yang terjadi dari kereta api.

Begitulah teori evolusi bekerja. Jelas memakan banyak waktu. Tapi menyaksikan tahapan demi tahapan, perkembangan demi perkembangan, dan perubahan demi perubahan dari kereta api sendiri sangat sarat makna. Bagaimana murahnya tarif, bagaimana sesaknya gerbong, ratusan bahkan ribuan orang tersendat dalam satu lokomotif hingga atapnya pun tak lupa untuk dijajaki. Penjagaan yang kurang ketat. Calo dimana-mana. Pedagang berseru disana-sini. Pengamen bergantian menjual suaranya lewat speaker butut yang jelas-jelas hanya seadanya.

Dulu, masih ingat juga ketika orang tak berkaki menyapu sampah di tiap kolong kursi. Mengisyaratkan dengan tangannya kalau ia belum makan. Membalikan telapak tangannya, menyimpan harga dirinya dibawah uang ratusan perak saja. 

Musim tentu saja berganti.

Dari hujan kemudian kemarau. Terus berulang sampai semua orang, semua aturan yang ada telah hilang dan berubah. Saat itu, semuanya dimulai dengan munculnya sosok “Baraya Geulis”. 7000 rupiah untuk tiket kereta api lokal. Hype! Orang silih berganti mencoba bagaimana rasanya Baraya Geulis itu. Seinga saya, yang khas adalah kursi plastik dan warna hijaunya.

Kembali, perubahan terus berlangung, Baraya Geulis kemudian hilang entah mengapa? Semua suara gaduh, riuh pedagang yang menawarkan barangnya menjadi sunyi. Senyap tergantikan oleh alunan lagu yang keluar dari setiap speaker di tiap atap gerbong. Begitulah kereta api yang sekarang. 

Sekarang, mari kita lihat semuanya dari stasiun yang kecil…

Banyak hal yang sudah berubah. Menjadi lebih terorder, menjadi lebih kompleks, dan menjadi lebih mahal. Problemnya mungkin hanya perubahan jadwal yah terlalu sering, dan naiknya harga tiket. Ketika semuanya dimulai dengan 1000 rupiah, kemudian 1500 rupiah, 2500 rupiah, 4000 rupiah, hingga sampai di tarif 5000 rupiah perkepala untuk perjalanan dari Cicalengka-Bandung ataupun sebaliknya.

Para pedagang yang sudah memegang tiket kereta api dari pukul 6 pagi, para pelajar, mahasiswa, begitu juga para pegawai, siap beradu kecepatan untuk mendapatkan kursi di dalam gerbong kereta. Realitas yang saya lihat setiap harinya, membuat saya kemudian bertanya, sampai kapan hal ini akan terjadi? Seandainya kereta api yang di operasikan lebih banyak, setidaknya satu jam satu kereta, mungkin orang tak akan seberdesakan ini berada dalam satu gerbong. Muak juga rasanya melihat bapak-bapak yang duduk santai ttanpa mengedepankan empatinya. Nenek-nenek kadang lebih banyak yang berdiri ketimbang mereka para bapak.

Namun, banyak terjadi hal lucu dimana para pedagang, atau buruh bangunan dengan santai duduk di lantai garbong. Berkerumun kemudian bercanda ria hingga mereka sampai di stasiun yang mereka tuju. Bagaimanapun juga kelas sosial akan selalu ada bahkan di dalam kereta api.
Ada hal lain yang cukup menarik perhatian saya untuk bertanya. Bagaimana kalau kita mulai berbicara tetang berubahan baru dari kereta api lewat hal-hal kecil seperti pintu otomatis? Pintu memang terlihat sederhana dan mungkin tidak terlalu oenting, tapi percayalah pintu otomatis akan sangat membantu. Tidak semua petugas kereta api berada disana untuk membukakan pintu, terkadang pula orang hanya celingukan di depan pintu. Jadi, marilah kita membuat perubahan dari pintu otomatis, kemudian toilet, dan yang terakhir adalah pintu perlintasan kereta api di desa-desa.

Kita juga tahu, ketika naik kereta api, jalan yang dilalui pastilah pedesaan. Banyak persawahan, perkebunan, dan hal lain yang berbau desa. Jalan kecil yang dilalui warga beberapa masih belum mempunyai pintu perlintasan kereta api. Bukankah itu sedikit berbahaya?

Nah, diluar dari itu saya pikir kereta api sekarang sudah lebih baik. Saya senang dengan fakta bahwa tiket penumpang benar-benar di cek terlebih dahulu sebelum memasuki area tunggu. Ah iya! Bagaimana dengan menyediakan jam dinding di setiap gerbong? Sepertinya itu juga akan sangat membantu. 

Terakhir…

Terimakasih Kereta Api Indonesia karena telah mempermudah mobilitas masyarakat kita. Dengan harga yang bisa dibilang paling murah daripada transportasi umum lain. Dan jalur ‘sendiri’ nya yang sering kali menjadi keuntungan ketika jalan raya sedang banjir –asal tahu saja, ketika musih hujan, kemudian banjir, kereta api lokal sangat diminati oleh masyarakat karena dipercaya bisa benar-benar menyampaikan menumpang ke tempat tujuan— saya adalah seseorang yang setiap hari bermobilitas dari Cicalengka ke kota Bandung. Setiap harinya ketika musim hujan, Rancaekek akan selalu banjir. Dan banyak dari orang-orang seperti saya kemudian beralih dari menaiki kobutri, menjadi kereta api.

2019, 2020, ataupun 2000 selanjutnya, sepertinya akan ada perubahan yang cukup signifikan lagi dari kereta api kita ini. Saya tidak sabar untuk menunggu. Maju terus kereta api Indonesia! Tak usah lah melihat kereta api di Jepang seperti ini, di Korea seperti itu, mari kita ciptakan ciri khas tersendiri dari kereta api Indonesia karena yang menggunakan kereta api itu sendiri juga bukan orang lain, tapi keluarga kita, masyarakat Indonesia.

Cr gambar: Galena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[REVIEW] Semua Lagu di Album BTS Love Yourself: Tear + Unboxing [Part 2]

Postcard Jimin Yoongi-Jimin Btw, aku dikasih bonus ini ama OS nya. Post Card Jimin sama pict Yoonmin, tau aja dia kalo acu yo...